Bengkulu,Mannanesia.com – Ribut mulut antara pedagang dan pembeli di suatu tempat objek wisata menjadi perbincangan. Lalu, satu persatu muncul celetukan tentang harga yang di tetapkan pedagang sudah tidak layak lagi. Semisal kelapa muda se antero kota Bengkulu di patok antara 10 sampai dengan 15 ribu per buah. Ketika dipaksa membayar dengan harga 20 ribu. Pembeli bukan tidak sanggup membayar tetapi terasa diperas atau di palak.
Barangkali di tempat-tempat lain pun pernah terjadi demikian tetapi tidak ter ekspos. Apalagi orang-orang yang jarang main ke kota ketika harga melambung tinggi mereka tetap bayar. Pedagang kuliner apapun mestinya memasang daftar harga yang ia jual. Agar masyarakat bisa memilih untuk beli atau tidak. Ketika tidak dipasang daftar harga logika pembeli sama dengan harga di tempat-tempat lainnya.
Sebagus apapun tempat kalau akhlak buruk tetap akan buruk sebaliknya walau cuma beratap plastik atau daun alang-alang tetapi etika, sopan santun dan cara pelayanannya humanis ramah dan baik kadang-kadang uang kembali sebatas 10 sampai 20 ribu tidak diambil dan itu halal, indah. Pembeli bersedekah dan penjual beruntung tanpa sadar persaudaraan terjalin dengan indah. Mari menjadi masyarakat yang ramah, santun dan beretika kepada siapapun..(Salam UJH)
Pagar Dewa, 09052022
(Pesan Harian UJH edisi Senin 9 Mei 2022)
#kamibersamaUJH
#UJHmengabdi
#pesanharianUJH
Penulis : Rls
Editor : silvia