Bengkulu,beritaterbit.com – Saat musibah gempa meluluhkan lantakkan suatu daerah. Bantuan dari berbagai daerah mengalir deras tapi minim sekali sampai ke korban bencana. Sampai kadang harus rebutan. Mulai dari proses pengiriman yang njlimet. Penyaluran yang ruwet sampai ke pembagian yang macet. Padahal itu bantuan kemanusiaan.
Kini pun demikian, sebut saja susu merk tertentu. Sampai ber- dus-dus menyimpan buat persiapan. Padahal kondisinya sehat wal afiat saat orang-orang lain sangat membutuhkan stok habis harganya naik barangnya tidak ada. Demikian dengan obat-obatan yang dibutuhkan saat Pandemi ini. Tempo menuliskan, sejumlah obat yang biasa digunakan untuk pasien Covid-19 menghilang dari pasar. Obat-obat ini raib setelah pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi. Rumah sakit kehabisan obat, pasien Covid-19 merana.
Jangankan untuk peduli pada sesama. Menyumbang atau berbagi buat menyelamatkan nyawa manusia. Yang ada pun disimpan agar bisa memetik hasil dari penjualan barang yang langka. Inilah tugas pemerintah mulai dari kabupaten/kota, provinsi sampai ke negara. Seharusnya pemerintah mengambil tindakan tegas kepada siapa saja yang bermain dengan persoalan kemanusian ini, mulai dari produsen sampai kepada pengecer atau apotik. Periksa gudangnya. Agar tau dimana akar masalahnya. Tindak mereka yang durjana saat Pandemi meraja lela. Sebab masyarakat sudah kehabisan daya dan air mata mau mengadu kemana..(Salam UJH)
Pagar Dewa, 12072021
(Pesan Harian UJH edisi Senin 12 Juli 2021)
#kamibersamaUJH
#UJHmengabdi
#pesanharianUJH