Bunda mimpi lagi?”
“Tidak. Ada apa Ams kau bangun larut malam ini?” kata Zachriah seraya memeluk Ams. “Ada yang ingin kau sampaikan pada Bunda?”
Mata bulat bening itu menatap Zachriah memberi terang.
Zachriah memeluk Ams semakin erat penuh kasih sayang. “Ada apa Ams. Ayo jujur sayang.” Bunda Zachriah memahami Ams sepenuh jiwanya, Ams karunia dari alam raya.
“Tidak Bunda.” Tertahan perasaan Ams.
“Bunda mimpi lagi?” Ia ingin menyampaikan perasaan tertahan itu. “Ia datang di antara warna langit dan cahaya pelangi. Mengatakan sesuatu tapi tak terdengar jelas, Bunda. Seperti menyampaikan salam. Melambaikan tangan lalu sirna bersama warna langit berpelangi.” Ams menatap Zachriah, seakan memohon sebuah penjelasan, entah apa ia pun tak tahu, tak mengerti perasaannya.
Zachriah memeluk Ams semakin erat lagi. Seakan jiwanya melebur menuju hal di luar kefanaan. “Ya. Bunda mimpi lagi. Ia selalu datang untuk kita Ams.”
“Terima kasih Bunda.” Hanya kalimat pendek itu dan perasaan tertahan di dalamnya.
Lama kelamaan Ams tertidur di pangkuan dalam pelukan Bunda Zachriah.
Waktu paralel senantiasa bersisian dengan waktu kini.
Tentara imperium menangkap siapa saja yang dicurigai terikat konspirasi dengan sosok bermakna sebuah nama. Selalu disebut oleh orang banyak atas makna mengenai kabar tentang baik dan benar bagi masa akan datang. Kabar itu dianggap membahayakan kekuatan kekuasaan imperium nyaris mencapai seperempat planet bumi. Meski terbatas hanya pada kuasa atas nama jajahan akibat kekuatan kuasa imperium, seakan super sekali.
Tipu daya adikuasa politik akut memakai tangan atas nama, terus berlangsung. Kolosal atau keroyokan menjadi acuan kebijakan kemaslahatan satu sisi. Kaum imperium terus mencari sebuah makna nama, mereka takut sekali. Bagi kaum imperium senjata komunikasi sosok itu dapat membahayakan stabilitas kekuasaan negeri-negeri jajahan, sumber upeti bagi kaum imperium. Salah satu penyebab berkembangnya watak koruptif, meski ancaman hukumannya cukup mengerikan.
Salah satu sahabat Kor berkuda menuju rumah Sin dengan kecepatan penuh. Baginya tak ada waktu menunda untuk memberitahukan kabar baik. Ia baru saja di antara orang banyak menyaksikan Kor memberi pernyataan kebaikan di kebenaran di Taman Cinta Bagi Semua, di bukit sisi Timur. Namun apa daya. Serombongan tentara imperium mencegat dan menangkapnya,
Secepat itu pula sahabat Kor memberi tanda pada merpati pos terus ikut kemana pun ia pergi, berjaga-jaga kemungkinan terjadi apapun, seperti kini. Merpati pos itu segera membawa kabar pada keluarga Sin. Kesetiaan sahabatnya pada Kor, menyebabkan ia kehilangan nyawanya, ia tidak memberi jawaban apapun meski siksa interogasi kaum imperium mengakhiri hidupnya.
Ketika sahabat Kor itu, menyaksikan Kor memberi kabar tentang kebaikan di kebenaran pada kini dan akan datang. Ingin rasanya ia menyeruak di antara orang banyak untuk mengingatkan Kor, sudah waktunya untuk pulang, kaum imperium sedang mencari Kor, namun ia tak kuasa mencegah. Melihat Kor amat tulus memberi arti hidup bagi orang banyak.
“Semoga Bundamu baik-baik saja Ams. Segeralah kayuh sepedamu Pite. Antar anak baik ini. Ams berteguh hati dalam doa ya. Hati-hati di jalan.” Pak Pite petugas kebersihan taman sekolah mengayuh sepeda menuju terminal, tempat Bunda Ams mengantar makanan untuk pelanggannya.
Ams sangat khawatir pada Bundanya. Melihat kesulitan Ams dan kesedihannya, Pak Joh bersedia menggantikan tugas Pak Pite. Entah mengapa hari ini Ams tak juga dijemput Bundanya. Tak seperti biasanya. Ams gelisah dan amat khawatir, akan keselamatan Bunda Zachriah.
Setibanya di terminal menurut semua pelanggan makanan Bunda Zachriah, ia segera pergi setelah mengantar kewajiban dan tampak tergesa-gesa. Kata mereka, Bunda Zachriah, setelah dari suatu tempat akan menjemput anaknya.
“Kau Ams kan, anak Bunda Zachriah?” kata salah seorang pelanggan makanan Bunda Zachriah kepada Ams. Pak Pite turut mengiyakan.
Dengan serta merta orang itu menggendong Ams. Seraya berteriak gembira. “Ini Ams, anak Zachriah. Lihatlah anak penuh cahaya ini. Ia kelak akan membawa terang dunia.” Mereka ingin menggendong Ams bergantian. Di antara kebingungan Ams, tengah mencari Bundanya.
Tentara imperium terus melakukan pencarian pada sosok bermakna sebuah nama, agar segera ditangkap dan diadili. Hanya itu pesan kaisar imperium pada tentara mereka, tanpa diberitahu ciri-cirinya. Semua warga laki-laki ditangkap tanpa alasan karena mereka semua mengaku, dialah sosok paling dicari oleh kekuasaan imperium. Hingga akhirnya kaisar imperium putus asa, mati bunuh diri, menanggung malu atas gagalnya kuasa mencari sosok paling dicari.
Istana imperium berkabung. Tapi sebagian besar warga tidak bersedih. Secara terbuka di hati mereka menerima cahaya terang dari Kor tentang kebaikan dan kebenaran. Kecuali, komunitas terselubung kaum hipokrisi, perekayasa terjadinya peristiwa kekacauan informasi itu. Mereka datang berkabung seakan manusia paling kehilangan dan paling bersedih, atas wafatnya kaisar imperium, demikian tampak dalam pidato mewakili kelompok mereka.
Bunda Zachriah, tak kuasa menahan kekhawatiran akan Ams, meski dibonceng sepeda oleh Pak Pite. Bagaimanapun ia merasa bersalah setelah mendapat kabar dari Pak Joh. Belum sampai ia akan mengayuh pedal sepedanya ke terminal. “Sebaiknya kau menunggu di sini. Mereka akan kembali ke sekolah ini.” Suara Pak Joh, sabar dan tenang.
Zachriah, baru akan memberi jawaban, “Percayalah…” Suara Pak Joh meyakinkan Zachriah.
Belum selesai kalimat Pak Joh. Terdengar teriakan Ams. “Bunda!”
Zachriah segera berlari menyambut kedatangan mereka. “Ams maafkan Bunda ya.” Memeluk Ams penuh kasih.
“Bunda dari mana saja.” Suara Ams seterang wajahnya.
“Membeli kado pesananmu untuk teman-teman di panti asuhan. Kau lupa ya?” Ams memeluk Bundanya penuh kasih. Pak Pite dan Pak Joh saling menatap, menjauh dari keduanya meneruskan tugas-tugas di sekolah.