Bengkulu,Mannanesia.com – Salah satu wartawan RMOLBengkulu yang bertugas di Kabupaten Lebong, Alexander, diduga mendapat teror dalam bentuk pembakaran mobil.
Dilansir dari Rmolbengkulu.com, mobil jenis Toyota Agya nopol BD 1598 H milik wartawan Rmol Bengkulu tersebut terbakar pada Jumat (14/6/2019) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, di Desa Pelabuhan Kecamatan Bingin Kuning Kabupaten Lebong.
Kejadian terbakarnya mobil sempat membuat heboh warga sekitar. Untungnya api yang sudah menyala disebelah kiri depan, tepatnya di bagian lampu depan tersebut, berhasil diselamatkan oleh warga setempat.
Warga yang kebetulan lewat melihat api sudah menyala, kemudian warga berteriak dan langsung warga berhamburan membantu memadamkan api.
Berkat kerjasama warga, api yang diduga baru menyala tersebut bisa langsung dipadamkan.
Awalnya masyarakat mengira api yang menyala pada mobil BD 1597 H tersebut, karena korsleting pada aliran listrik atau pengapian pada mobil tersebut. Namun perkiraan awal warga dan keluarga langsung terbantahkan, ketika dibuka pada kap mobil tidak ada kepulan asap dari dalam kap mobil. Dengan demikian korsleting arus listrik pada mobil terbantahkan.
Yang menguatkan dugaan adanya unsur kesengajaan bahwa mobil tersebut sengaja dibakar yakni adanya bukti sisa terbakar Pampers yang beraroma pertalite yang menempel pada plastik bamper mobil tersebut.
Warga menduga pembakaran mobil itu ada kaitannya dengan pekerjaan yang dilakoni Alexander yang merupakan wartawan RMOL Bengkulu dengan tugas di Kabupaten Lebong. Karena tidak semua orang siap dikritik ataupun disoroti kinerjanya. Karena kepastian siapa pelaku maupun dalangnya itu sudah diserahkan pihak keluarga kepada Polres Lebong.
“Melihat adanya sisa indikasi berbentuk pampers beraroma pertalite memang menguatkan unsur sengaja dibakar, tapi saya tidak mau berspekulasi karena saya sudah serahkan ke penyidik Polres Lebong,” kata Alex, Jumat (14/6/2019)
Ditambahkan Alex, secara pribadi dirinya bersama keluarga tidak merasa adanya terlibat masalah serius dengan siapapun. Karena dirinya hanya menjalankan pekerjaan seperti biasanya.
“Alhamdulillah ada warga yang cepat melihat dan berteriak memanggil warga lainnya. Karena seandainya tidak ada warga yang melihat, mungkin bukan saja mobil tapi rumah orang tua saya juga ikut terbakar,” bebernya.
Terkait permasalahan tersebut, lanjut Alex, dirinya sudah menyerahkan masalahnya dengan Polres Lebong.
“Saya tidak mau menduga-duga, tapi terkait apa motif pelaku tersebut, saya serahkan ke penyidik Polres,” ucapnya.
Sementara itu Kapolres Lebong AKBP Andree Ghama Putra SH SIK melalui Kasat Iptu Teguh Ari Aji SIK membenarkan adanya laporan dari Alexander terkait terbakarnya mobilnya yang terparkir didepan rumah milik keluarganya. Semua keterangan termasuk saksi-saksi yang yang melihat kejadian pertama kali akan diminta keterangan pendukung.
“Laporan sudah kita terima dan tim penyidik sudah lakukan olah TKP dan mencari data pelengkap terkait kejadian tersebut,” sampai Kasat.
Sementara itu salah satu Tokoh Masyarakat Kabupaten Lebong, Algodi Sumarjan mengecam adanya dugaan indikasi teror untuk melemahkan independensi jurnalis.
Terkait hal tersebut, dirinya tetap mendukung upaya kepolisian untuk mengungkap siapa dalang sebenarnya. Karena jika memang benar, berarti ini adalah upaya pelemahan dan ancaman pekerja jurnalis, yang memang harus kritis sebagai corong informasi kepada masyarakat.
“Saya yakin ini ada kaitannya dengan sejumlah pemberitaan yang begitu kritis dari jurnalis Alexander. Untuk itu kami dari masyarakat mendukung upaya Polres Lebong, mengungkap dugaan teror yang dialami jurnalis,” tegasnya.
Sementara itu, Divisi Advokasi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Bengkulu, Riki Susanto meminta aparat penegak hukum memproses dengan cepat dan tanggap peristiwa pembakaran mobil wartawan Rmol Bengkulu tersebut.
“Kami menduga ada pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan Rmol yang ditulis wartawan tersebut, namun, sepenuhnya kita menyerahkan kepada penegak hukum untuk memprosesnya, apabial benar terkait pemberitaan, maka ini preseden buruk berdemokrasi, pelakunya harus diusut tuntas sampai pada aktor intelektualnya,” ungkap Riki.(Rls)