Kepahiang, Mannanesia.com – Makin menyala, harga jual kopi kering per kilogramnya di Kabupaten Kepahiang kian melonjak.
Terkini, Senin 29 April 2024 kemarin harga jual kopi di tingkat pengepul Kabupaten Kepahiang sudah dipatok di atas Rp60 ribu per Kg.
Harga jual bervariasi antara Rp61 ribu – Rp62 ribu per Kg.
Harga jual kopi per Kg tersebut dengan kualitas nomor 1, yakni dengan kadar air rendah, tidak banyak hitam dan bersih dari kulit dijual.
Harga jual kopi pekan ini, jadi catatan harga jual tertinggi selama ini.
Pekan sebelumnya, harga jual kopi di tingkat pengepul Kabupaten Kepahiang masih di jual di kisaran Rp58 ribu per Kg.
Harga jual kopi, yang terus melonjak naik ini pastinya jadi kabar baik bagi kalangan petani.
Wajar saja, sudah sejak lama petani kopi sudah gigit jari lantaran harga jual yang dianggap tak sesuai.
Saat panen tahun lalu, dengan harga jual nyaris menembus angka Rp40 ribu sejatinya sudah masuk dalam hitungan tinggi.
Namun saat itu, harga jual yang tinggi tak diimbangi dengan hasil panen petani kopi di Kabupaten Kepahiang.
“Alhamdulillah, harga jual kopi terus naik. Kenaikan harga yang sudah sangat lama tak lagi kami sebagai petani kopi rasakan,” ujar salah satu petani kopi Sosokan Taba Kepahiang, Saipul.
Fenomena mahalnya harga kopi ini, tak hanya terjadi di Kabupaten Kepahiang.
Harga jual kopi melonjak, hampir dirasakan pada sebagian besar wilayah di Indonesia. Dinas Tanaman Pangan, Hultikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu menganalisa, tingginya permintaan dari berbagai negara ikut jadi penyebab makin tingginya harga jual kopi.
Dinas TPHP Provinsi Bengkulu mendata. sepanjang 2024, Provinsi Bengkulu menghasilkan 59.227 ton per tahun untuk kopi Robusta dan untuk kopi Arabika 941 ton.
Sedangkan di sisi lain, anjloknya hasil panen dari negara-negara yang selama ini dikenal sebagai eksportir kopi terkemuka dunia.
Seperti, Brazil dan Vietnam. Hal ini, membuat kopi Indonesia ikut terangkat karena pasokan kopi dunia berkurang.
Berkurangnya pasokan dari negara-negara eksportir kopi utama tersebut, salah satunya dipicu perubahan iklim.
Imbasnya sudah barang tentu mengangkat harga jual kopi Indonesia di pasaran dunia.
Sebagai gambaran, pada 2020, harga kopi masih sekitar Rp20 ribu per Kg.
Lalu meningkat menjadi Rp25 ribu per Kg, pada tahun 2021.
Hingga nyaris menembus angka Rp40 ribu pada tahun 2023. Terkini, sudah menembus angka Rp60 ribuan.
Bahkan, banyak pengamat yang memprediksi harga jual kopi ini masih akan berpotensi meningkat hingga tembus ke angka Rp70 ribu per Kg.
Di satu sisi, kenaikan harga jelas membuat petani kopi bahagia.
Namun, tetap saja kenaikan harga kopi menimbulkan sisi negatif.
Apalagi kalau bukan, makin maraknya pencurian kopi.
Keberadaan “Ninja” istilah bagi pencuri buah kopi, belakangan ini kian marak.
Para pencuri kopi, juga tak ingin melewatkan kesempatan makin mahalnya harga jual kopi.
Mencuri buah kopi merah, para pencuri tak akan kesulitan menjual hasil barang curian.
Hal ini lantaran ditenggarai ada penampung, yang juga menerima kopi merah.
Untuk harga jual kopi merah ini sendiri, informasi terakhir diketahui mencapai Rp10 ribu per cupaknya.
Bisa dibayangkan, harga jual yang tinggi ditambah tak perlu lagi melakukan proses lanjutan membuat aksi pencurian kopi merah kian marak.
“Kalau dijadikan biji kering akan banyak prosesnya. Setelah dipetik, kopi harus dijemur. Proses ini bisa memakan waktu berhari-hari bahkan berminggu, kalau cuaca tak bersahabat. Nah, kalau jual kopi merah langsung saja. Tak ada proses lanjutannya,” timpal petani kopi lainnya Maryono.
Makin maraknya aksi pencurian biji kopi merah ini sendiri, diharapkan ada tindakan tegas dari pihak terkait.
“Selama ada yang menampung, rasanya sulit mencegah aksi pencurian biji kopi merah,” tambahnya.
Tak ingin menimbulkan kerugian lebih banyak, ia pun terpaksa harus bersiaga penuh di kebun kopi.
Lengah sedikit, hampir dipastikan biji kopi yang sudah siap panen malah sudah keduluan dipanen pencuri.
Penulis : Sastrawan
Editor : Rara