“Matematika itu membosankan, mendingan Sains daripada Matematika yang cuma ngitung sampai pusing” “Apa kau bilang? Asal kamu tahu ya, Sains itu lebih membosankan daripada Matematika. Sains pelajaran baru di sekolah ini kan? Lebih banyak pelajaran Matematika dari Sains!” “Jangan asal ngomong ya, Sains itu ada eksperimennya. Matematika? Tch! Sampah” “Hei, Camkan ini baik-baik, Liza. Matematika lebih baik dari Sains, Jangan pernah mengejek Matematika. Sudahlah! Aku sudah bosan berdebat denganmu” Lily pergi meninggalkan Liza yang masih berceloteh mengenai perdebatan mereka hari ini.
Lily Francisca Anggrainy, Remaja berumur 15 tahun ini sangat suka dengan pelajaran Matematika. Ia terkenal dengan Prestasi Matematika, Ia sangat lincah mengerjakan Matematika. Lain dengan Almiza Nur Adelia, Remaja ini memang sebaya dengan Lily. Tapi, Ia tidak suka bahkan membenci pelajaran Matematika. Dulu, Liza memang mempunyai keahlian yaitu mengerjakan Matematika. Matematika ia sudah taklukan dengan nilai tertinggi setiap tahun, tak jarang banyak yang memuji keahlian Liza.
Waktu di kantin bersama teman-temannya, Liza mengerjakan tugas Matematika. Tak lama berselang, Ryan, Laki-laki yang sangat ia cintai memuji tugas Matematika yang ia kerjakan. Lalu, Lily datang “Sayang, katanya mau ke perpustakaan. Ayo dong” Hati Liza hancur berkeping-keping mendengar kata ‘Sayang’ yang Lily ucapkan kepada Ryan. Semenjak kejadian itu, Liza sangat membenci Matematika dan mulai move on ke Sains.
“Sayang, Kamu kenapa mukanya ditekuk?” tanya Ryan manja sambil melempar bola basket ke dalam Ring, Ryan adalah kapten tim basket dan tim Sepakbola. banyak yang suka dengan Ryan, Lily adalah gadis yang beruntung dipacari oleh Ryan Adi Laksmana. Lily hanya menghela nafas, Ryan semakin penasaran dengan Lily “Ada apa sih? Kok jadi cuek sama aku?” Tanya Ryan kembali sambil duduk di sebelah Lily “Liza, Ryan. Dia cari gara-gara terus sama aku, ia bahkan mengatai Matematika sampah. Bagaimana aku tidak marah?” Jawab Lily sambil bergelut manja di pelukan Ryan, Ryan menanggapi perasaan Kekasihnya.
Teet… teet… Bel masuk berbunyi, Ryan dan Lily masuk bersama ke kelas. Banyak yang menyoraki Lily dan Ryan, Mereka hanya tersenyum lalu duduk di bangku masing-masing.
Teet… teet…
“Say, kamu pulang sendiri?” tanya Ryan sambil menyalakan mesin motor ninja kesayangannya “Hmmm… Bareng kamu aja deh, gak apa-apa kan?” tanya Lily balik bertanya “Apapun untukmu, sayang. Kamu mau ikut aku nongkrong di Cafe Biasa?” Jawab Ryan, Lily hanya mengangguk dan segera naik ke jok belakang Ryan.
Di Cafe, Ryan mengobrol seru bersama Teman-temannya. Lily hanya menikmati Cafe ini yang sangat elegan. Lily memandangi seluruh Cafe, sampai ia melihat Liza sedang bercanda dengan Kirana. Lily tersenyum sinis melihat Liza yang tertawa, ia sedang kemasukan oleh sifat jahat yang ada di dalam dirinya. Tapi, ia menurunkan lagi niat menjahati Liza. Bagaimanapun juga, Liza adalah saudara muslim Lily dan Haram menjahati sesama muslim.
“Yang, Aku laper nih. Pesenin makan dong” Ryan duduk di sebelah Lily, Lily menengok ke arah Ryan “Oh, kalau begitu. Mau dipesanin apa?” Tanya Lily “Terserah kamu, yang penting jangan daging. Sayur sama jus aja” jawab Ryan, Lily mengangguk dan seger memanggil pelayan Cafe.
Jam 5 Sore, Lily diantar Ryan pulang. Di rumah, Mama Lily tidak memarahi Lily maupun Ryan. Mama Lily sudah tahu hubungan asmara Lily dan Ryan, ia yakin Ryan pasti menjaga anak semata wayangnya dengan baik.
Esoknya di Sekolah “Kau lagi, kau lagi. Aku sudah bosan bertemu denganmu, pergilah dari kehidupanku” Usir Liza dengan Sombong, Lily yang sedang membaca buku Komik tentang Matematika segera berdiri “Jangan omonganmu, Liza. Asal kamu tahu, aku tahu kamu cemburu sama aku karena aku pacarnya Ryan kan? Bilang saja padaku, aku tidak akan marah karena aku tak peduli celotehanmu yang membuatkan pusing saja” Lily pergi dari taman dan berlari ke lapangan ‘Lily, maafkan aku’ Liza duduk di bangku taman memandangi danau yang luas. Ia sangat menyesal meninggalkan Matematika dan move on ke Sains, Hanya karena… Cinta.
The End
Penulis : Hanania