Jakarta, mannanesia.com – Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi , M. Pd, menilai, Rencana Direktur RSUD Dr. Fauziah Bireuen,Keluarkan Tenaga Kontrak/Honorer,yang berani mogok massal dianggap tak manusiawi.
Jangan jadi kacang lupa kulit,seharus nya manajemen Rumah Sakit Umum Daerah dr Fauziah Bireuen,ujar Iswadi, kepada media ini, Selasa pagi (18/02/20), melalui WhatsApp, dari Jakarta menanggapi, Surat Edaran Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Fauziah Bireuen, tertanggal 17 Februari 2020, yang ditandatangani Dr. H. Mukhtar, Mars.
Seharusnya mencari terbaik terkait sekitar 451 orang tenaga medis, yang belum menerima upah dan unjuk rasa pada 02 dan 03 Febuari 2020, ke Pusat Kantor Pemerintahan Kabupaten Bireuen, di Cot Gapu di terima Sekdakab Zulkifli dan ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bireuen, diterima Ketua Rusydi Muchtar bersama sejumlah anggota dewan lainnya.
Bukan mengeluarkan Surat Edaran Direktur nomor 445/314/2020, tembusan kepada Plt Bupati Bireuen dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bireuen, dengan dalih tentang tindakan tegas terhadap tenaga kontak/honorer, wajib masuk kerja dinas biasanya sesuai jadwal.
Hanya untuk menutupi kekurangan pihak manajemen sendiri,jika Direktur RSUD Dr. Fauziah Bireuen mengeluarkan Tenaga Kontrak/Honorer dari rumah sakit, bagaimana nasib mereka, dan apa yang seharusnya dilakukan pemerintah?.
“Akademisi yang Juga Politisi Muda menilai rencana Direktur RSUD Fauziah Bireuen itu dapat digambarkan seperti “kacang lupa kulit”. Sebab,” tambah Iswadi, putra Aceh asli ini, orang-orang ini bisa hidup sehat, seperti sekarang tak lain karena peran tenaga medis.
“Termasuk mereka yang masih berstatus honorer, “begitu mereka punya kuasa”, mereka mau usir [tenaga medis honorer] dari rumah sakit, sangat kurang etis namanya, “memecat tenaga honorer, termasuk mereka yang sudah mengabdi selama puluhan tahun,dengan dalih Indisipliner,tidak manusiawi,” ungkap Iswadi.
Alih-alih cuci tangan seperti itu, ia menilai manajemen RSUD Fauziah Bireuen semestinya menyelesaikan benang kusut tersebut, seberapa pun sulitnya itu dilakukan. “Ini masalah warisan yang harus diselesaikan”.
Bukan malah dibumihanguskan, juga menyarankan pihak manajemen untuk memperhatikan aspirasi tenaga honorer tersebut bukan malah saling menyalahkan,demikian Iswadi, tanggapannya mengirim Press Realise. (wln)