Jakarta, mannanesia.com – Sudah saatnya Indonesia memfokuskan perhatian pada pengembangan olahraga sebagai sebuah entitas bisnis. Pasalnya, secara global, nilai ekonomis dari olaharga sangat besar dan terus bertumbuh pesat.
Data Plunkett Research Ltd pada 2015 nilai total asset industri olahraga global mencapai 1,3 triliun dolar AS. Sementara itu, studi oleh A.T. Kearney, menemukan industri olahraga menghasilkan sebanyak 700 miliar dolar AS per tahun atau 1 persen dari PDB global.
Dalam hal komposisi pasar olahraga hingga 2015, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) memiliki pangsa pasar industri terbesar dengan 48 persen. Lebih besar dari Amerika Utara yang menyumbang 38 persen. Kemudian diikuti oleh Asia Pasifik dengan 13 persen dan Amerika Latin (kemungkinan termasuk Karibia) dengan 6 persen.
Majalah Forbes mengemukakan nilai pendapatan industri olahraga mencapai 488,5 miliar dolar AS pada 2018. Kemudian naik lagi mencapai 500 miliar dolar AS pada 2019. Forbes juga mengungkapkan, terdapat beberapa badan olahraga yang berkontribusi besar pada nilai industri olahraga global pada 2019. Di antaranya: Asosiasi Sepak Bola (43 persen); Sepak Bola Amerika (13 persen); Bisbol (12 persen); Formula 1 (7 persen); Bola Basket (6 persen); Hoki (4 persen); Tenis (4 persen); dan Golf (3 persen).
Dengan demikian, bulu tangkis berada di peringkat ketiga di belakang sepak bola dan bola basket. Serta di depan tenis, olahraga motor, dan golf dalam hal jumlah penggemar bila diukur di 21 negara utama.
Merek olahraga paling berharga versi Majalah Forbes adalah Nike dengan 36,8 miliar dolar AS; ESPN 13,1 miliar dolar AS; Adidas 11,2 miliar dolar AS; Gatorade 6,7 miliar dolar AS; dan Sky Sports 4,4 miliar dolar AS.
Cara Mengembangkan Olahraga sebagai Industri
Menurut penulis, salah satu strategi yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan harapan tersebut yakni mendesain olahraga menjadi sebuah industri yang dapat memberikan manfaat atau profit bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Baik itu atlet (olahragawan), badan olahraga yang ditugaskan untuk mengelola permainan, perusahaan sponsor atau pengiklan, maupun masyarakat umum.
Mengembangkan olahraga sebagai industri adalah sebuah keniscayaan. Sebab, selain memiliki potensi nilai tinggi, industri ini dapat mendongkrak sektor industri lain seperti infrastruktur, transportasi, dan pariwisata. Contohnya Asian Games 2018. Menurut Inasgoc (Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee), total biaya persiapan dan penyelenggaraan Asian Games 2018 sekitar Rp 30 triliun. Sedangkan total penerimaannya mencapai Rp 45 triliun.
Namun, industri olahraga mengandung potensi negatif juga. Terbukti, sejumlah acara olahraga besar belakangan ini diwarnai oleh korupsi, suap dan transaksi curang.
Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara komersialisasi olahraga dan fokus pada olahraga demi olahraga. Sebab, ketika semua pemangku kepentingan fokus pada komersialisasi, maka itu sama dengan membunuh angsa yang menghasilkan telur emas. Jadi, semua pemangku kepentingan harus bertindak bijaksana: membangun industri olaharga, tapi tidak mesti membajak semangat berkompetisi dalam berolahraga demi uang.