Hari ini merupakan hari pertama bagi Vivi masuk sekolah. Sejak berangkat dari rumah. Vivi terlihat tidak bahagia. Ia kelihatan takut untuk memulai hari pertamanya di sekolah.
Meski demikian ibunya tak pernah lelah untuk menyemangati dan menghibur Vivi. Sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah. Ibunya terus menceritakan indahnya suasana sekolah.
Selain itu ibunya juga mengatakan kepada Vivi. Bahwa di sekolah nanti Vivi akan memiliki banyak teman baru.
Mendengar bahwa dirinya akan memiliki teman baru membuat Vivi merasa tertarik. “Benarkah, Bu? Apakah aku nanti akan dapat teman baru?” tanya Vivi.
“Tentu. Kamu nanti pasti akan teman baru yang baik-baik. Makanya kamu nanti juga harus baik kepada mereka.”
Awalnya Vivi sempat sedikit ragu dengan perkataan ibunya. Tetapi, setelah berkenalan dengan Vio, barulah Vivi percaya.
Vio merupakan teman pertama dan teman satu bangku Vivi. Jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Vio ini bisa dikatakan yang paling pandai.
Saat anak-anak lain masih kesulitan dalam mengeja huruf. Vio ini sudah lancar membaca dan sangat pandai dalam berhitung.
Selain pandai Vio ini termasuk anak yang tidak pelit ilmu. Vio tahu bahwa Vivi masih kesulitan dalam mengeja huruf.
Makanya kadang Vio membantu Vivi belajar mengeja huruf. Bantuan Vio ini membuat Vivi sangat senang sekali.
Selang beberapa waktu kemudian Vivi dan Vio menjadi teman akrab. Selain itu Vivi juga sudah mulai pandai membaca.
Vivi sangat berterimakasih kepada Vio yang telah membantunya. Ketika sedang istirahat Vio dan Vivi sering bermain bersama.
Sayangnya, kebersamaan Vivi dan Vio tidak berlangsung lama. Ketika memasuki semester dua, Vio harus pindah sekolah karena ayah Vio dipindah tugaskan.
Vivi sangat sedih dan merasa sangat kehilangan. Untungnya meski berpisah, tetapi ibunya Vivi masih menyimpan nomor kontak ibunya Vio.
Sehingga ketika merasa rindu, Vio dan Vivi sering bertukar kabar lewat telepon. Namun, tetap saja rasa rindu keduanya sulit terobati karena tidak lagi bisa bermain bersama.